Senin, 09 November 2009

profil dan bentuk bentuk pemerintahan negara afrika

AFRIKA SELATAN


Mendengar kata Afrika Selatan pasti tak pernah lepas dari “apartheid dan Nelson Mandela”. Negara yang memiliki 11 bahasa resmi termasuk di dalamnya bahasa English, Afrikaans, Sesotho, Setswana, Xhosa dan Zulu ini hingga sampai pada tahun 1994 masih didominasi oleh kekuatan superior kulit putih, meski pada saat itu Mandela telah menjabat sebagai presiden berkulit hitam pertama di sana. Pemerintahan kulit putih yang dalam hal ini terlalu bertindak dengan melihat seseorang itu dari ras apa. Meski negara ini merupakan negara yang tak lepas dari masalah, namun negara ini juga telah sukses mengadakan tiga kali pemilihan umum tentunya semenjak pemerintahan tak lagi didominasi oleh kulit putih tentunya. Kekuatan yang mendasari dari benua Afrika juga tak lepas dari perekonomian di negara ini. Lihat saja melalui sumber daya alam yang terdapat di negara ini, ada emas yang menjadi kebanggaannya, ada juga berlian, mineral, platinum dsb. Negara Afrika Selatan terbagi menjadi 9 provinsi (Cape Timur,Barat, Utara, Free State, Gauteng, KwaZulu-Natal, Limpopo, Mpumalanga, North-West). Meski negara ini beribukotakan Pretoria, namun terdapat tiga pemerintahan yang menjadi pusatnya. Pretoria, Cape Town, dan Bloemfontein. Tapi perlu diketahui juga bahwa meskipun negara ini memiliki kekayaan alam yang dapat dibanggakan tapi penduduk di Afrika Selatan justru banyak yang miskin dan menganggur.Afrika Selatan Adalah negara yang nomor dua tertinggi di dunia yang terjangkit virus HIV/AIDS. Perbandingannya adalah 1:7. “No-one is born hating another person because of the colour of his skin, or his religion”. Ya, Nelson Mandela tidak pernah lelah memperjuangkan demokrasi dan persamaan hak. Hidupnya telah menjadi inspirasi di Afrika Selatan dan seluruh dunia. Semua berawal dari mimpi Mandela dimana dia akan menciptakan kebebasan bagi orang-orang kulit hitam yang menderita akibat kekejaman politik apartheid. Politik apartheid dicanangkan oleh Partai Nasional yang saat itu berkuasa mulai 1984. Tapi mereka pula yang meruntuhkannya setelah mendapat desakan dari dunia internasional. Dan, yang terutama atas desakan dari bawah, para pejuang yang dimotori Mandela.Dan usahanya bertahun-tahun itu berhasil. Politik Apartheid agaknya membuat seorang sutradara tergugah semangatnya untuk menggarap sebuah film yang berjudul “ Country of My Skull” Film ini mengambil tempat di Afrika Selatan pada tahun 1995, ketika negara ini masih diliputi semangat rekonsiliasi. Dimana saat itu pemerintah menawarkan amnesty pada mereka yang melakukan pelanggaran HAM, baik pada kulit putih atau kulit hitam. Dan tentu saja pemberian amnesty ini menimbulkan kontroversi. Dan bagi yang mengaku pecinta sepak bola,di tahun 2010 pertandingan “worldcup” akan diadakan di Afrika Selatan. Setelah sekian lama FIFA mengasingkan Afrika Selatan dari pergaulan sepak bola internasional.








post by:bekicotbeking.blogspot.com 

Tidak ada komentar: